Artinya, shalat hajat bisa dilakukan setiap saat ketika seseorang dalam kondisi terdesak dan membutuhkan. Jadi shalat hajat tidak harus dilakukan malam hari, karena hajat atau kebutuhan seseorang datang tanpa mengenal waktu. Sebagaimana diterangkan Imam Ghazali dalm Ihya’ Ulumuddin:
الثامنة صلاة الحاجة فمن ضاق عليه الأمر
ومسته حاجة فى صلاح دينه ودنياه الى امر تعذر اليه فليصل هذه الصلاة
Yang kedepan (dari beberapa shalat sunnah yang memiliki sebab) adalah
shalat hajat. Siapa saja yang berada dalam kondisi terjepit dan membutuhkan
sesuatu baik urusan dunia maupun akhirat sedangkan dia tidak mampu
menyelesaikannya, hendaklah dia melaksanakan shalat (hajat) ini.Hal ini berbeda dengan shalat tahajjud yang memang termasuk dalam kategori shalat sunnah yang tergantung pada waktu seperti shalat dhuha hanya boleh dilakukan selama waktu dhuha, shalat isyraq yang dilakukan ketika matahari terbit, dan juga shalat zawal yang dilakukan ketika matahari tenggelam. Shalat-shalat tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, tidak bisa sembarangan waktu. Bahkan dalam kasus shalat tahajjud disyaratkan pula tidur terlebih dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyatul Bajuri
وهو لغة رفع النوم بالتكلف واصطلاحا صلاة بعد
فعل العشاء ولومجموعة مع المغرب جمع تقديم وبعد نوم ولوكان النوم قبل العشاء وسواء
كانت تلك الصلاة نفلا راتبا اوغيره ومنه سنة العشاء والنفل المطلق والوتراو فرضا
قضاء او نذرا
Tahajjud secara bahasa adalah bangun dari tidur yang berat. Sedangkan
menurut istilah adalah shalat yang dilakukan
setelah shalat isya (walaupun shalat isya’nya dijama’ taqdim dengan maghrib)
dan setelah tidur. Meskipun tidurnya sebelum memasuki waktu isya, (demikian pula
dinggap sebagai tahajjud) walaupun shalat sunnah rawatib, sunnah mutlaq, witir.
Juga (bisa dinggap sebagai tahajjud) shalat wajib yang karena qadha atau
nadzar.Teks di atas dapat difahami bahwa tahjjud adalah shalat yang dilakukan di waktu malam dan setelah tidur, meskipun shalat itu dimaksudkan sebagai shalat karena sebab tertentu, misalkan shalat hajat atau istikharah. Dengan kata lain shalat hajat yang kebetulah dilakukan malam hari setelah tidur maka dapat dikatakan sebagai shalat tahajjud. Demikian pula shalat witir, istikharah dan lain-lainnya, asalkan didirikan malam hari dan setelah tidur bisa dianggap sebagai shalat tahajjud. Adapun mengenai waktu pelaksanaannya diutamakan sepertiga malam terakhir. Karena pada malam-malam inilah waktu musatajabah.
Memasukkan dua kategori ibadah dalam satu pelaksanaan semacam ini dalam konteks ilmu fiqih termasuk dalam qaidah الصموم والخصوص الوجهي yang keterangan panjangnya demikian:
اجتماع الشيئين فى مادة وانفراد كل منهما فى
أخرى
Yaitu berkumpulnya dua perkara dalam satu kategori, dan keterpisahan
keduanya menjadi kategori yang berbeda.Dengan kata lain dapat diartikan bahwa bisa saja satu shalat berkedudukan sebagai shalat tahajjud sekaligus shalat hajat. Seperti keterangan di atas (shalat hajat yang dilakukan malam hari setelah shalat isya’ dan setelah tidur). Bisa juga shalat tahajjud yang bukan shalat hajat, seperti shalat sunnah muthlaq atau shalat witir yang dilakukan setelah shalat isya dan setelah tidur. Dan bisa jadi shalat hajat bukan tahajjud, seperti shalat hajat yang dilakukan siang hari bolong atau malam sebelum tidur.
sumber http://www.nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar