Muktamar ke-33 Nahdlatul
Ulama, yang dihelat di Jombang, Jawa Timur, mengusung tema “Meneguhkan
Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Tema Islam
Nusantara, menjadi sangat populer sejak Presiden Joko Widodo berpidato
tentang tema ini, dalam Munas Alim Ulama di Jakarta, Juli lalu.
Sejak
itu, Islam Nusantara menjadi populer sekaligus menjadi polemik di
antara mereka yang mendukung dan kelompok yang menolak. Diskusi tentang
Islam Nusantara, ramai diperbincangkan di panggung-panggung seminar dan
media sosial.
Putri Gus Dur, Yenny Wahid—panggilan akrab Zannuba
Arifah Chafsoh—mengungkapkan bahwa dirinya sangat senang dengan Islam
Nusantara dan bersyukur dilahirkan di tanah air Indonesia.
“Saya
sangat bersyukur lahir di Indonesia, di kawasan Nusantara. Sebab, di
Indonesia ini saya merasa sangat nikmat dalam berislam. Kalau saya lahir
di Timur Tengah, di Arab Saudi, saya tidak bisa nyetir mobil, saya
tidak bisa naik motor sendirian. Kalau saya lahir di Inggris, saya tidak
akan bisa masuk ke komunitas-komunitas muslim secara longgar,” ungkap
Yenny, dalam diskusi buku Islam Nusantara, terbitan Teraju-Mizan, pada
Selasa (5/8) kemarin, di Kampus Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy),
Tebu Ireng, Jombang.
Yenny mengatakan, Islam Nusantara mengajarkan tentang perdamaian dan moderatisme.
Buku
“Islam Nusantara, Dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan” ini diedit
oleh Akhmad Sahal (Wakil Ketua PCI NU Amerika Serikat) dan Munawir Aziz
(Peneliti Muda). Dalam buku ini, memuat beberapa tulisan para tokoh
lintas organisasi, terutama NU dan Muhammadiyah: KH. Abdurrahman Wahid,
KH. Sahal Mahfudh, KH. Musthofa Bisri, KH. Said Aqil Siroj, serta Prof.
Amin Abdullah, Prof. Dr. Azyumardi Azra, dan Prof. Dr. Din Syamsuddin.
Selain beberapa nama itu, ada beberapa peneliti muda yang mengusung tema
Islam Nusantara dalam riset-riset mutakhirnya.
Yenny Wahid
melanjutkan, bahwa ayahnya Gus Dur merupakan salah satu model ulama dan
cendekiawan yang memahami betul konsep Islam Nusantara.
“Gus Dur
itu, cara berpikir, sikap dan dan tindakannya memiliki rujukan kaidah
fiqh. Misalnya, guyonan gitu aja kok repot, itu disarikan dari konsep
yassiru walaa tu’assiru (permudahlah, jangan persulit sesuatu),”
terangnya.
Dalam ungkapan Yenny, Islam Nusantara itu
berlandaskan konsep fiqh dan ushul fiqh, yang kemudian mempengaruhi
sebagian besar dimensi keagamaan umat muslim di negeri ini
sumber: http://nu.or.id